Sabtu, 11 Februari 2017

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KLASIFIKASI TUMBUHAN

Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Tumbuhan


Gede Sai Sankara Pratika
Program D3 Perpustakaan FISIP Universitas Udayana


Abstrak:

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah guna mengetahui Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Secara Umum namun kali ini paper dibawah ini akan membahas tentang Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan.Paper ini akan memberikan informasi mengenai Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan dari berbagai sumber informasi yang diperoleh karena berhubungan dengan kurangnya wawasan terhadap hal ini bagaimanakah Sejarah dan Perkembangannya dari zaman dahulu dan sampai saat ini digunakan sebagai media pembelajaran.Dalam hal ini informasi mengenai Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan dapat diketahui setelah membaca paper dibawah sehingga dapat berguna dan bermanfaat guna menambah wawasan lebih dalam tentang ilmu kita dalam hal pegklasifikasian yang bukan hanya sekedar mempelajari materi yang sudah ada dan tertera namun alangkah baiknya harus mengetahui bagaimanakah Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan dari zaman ke zaman.

Kata kunci : Sejarah, Perkembangan, Klasifikasi, Tumbuhan

Latar Belakang

Alam semesta atau di dalam hidup ini terdiri dari dua komponen. Dua komponen ini ialah komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik dapat dikatakan dikatakan sebagai komponen seperti makhluk hidup. Makhluk hidup di dunia ini jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Komponen makhluk hidup meliputi dimulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan). Kita ketahui bahwa istilah klasifikasi sudah ada dari zaman dahulu dan sampai saat ini istilah klasifikasi tetap digunakan dalam kehidupan kita. Klasifikasi di dalam kehidupan ini tentu juga sangat luas mulai dari klasifikasi pada manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan saat ini klasifikasi juga ada dalam dunia perpustakaan. Maka dari itu dalam hal ini saya akan membahas secara lebih mengkhusus pada klasifikasi Tumbuhan. Pembahasan pertama akan diawali dengan Sejarah Klasifikasi pada tumbuhan itu sendiri kemudian dilanjutkan dengan perkembangan klasifikasi dari zaman dahulu hingga zaman sekarang dan juga manfaat klasifikasi dalam kehidupan kita.  

Pembahasan

Kita ketahui bahwa Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara mencari persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup. Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau populasi individu.Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan tentu saja memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda pula, yang dari masa ke masa menyebabkan lahirnya Sistem Klasifikasi yang berlainan. Namun pada prinsipnya, kesamaan-kesamaan atau keseragaman itulah yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi, misalnya klasifikasi berdasarkan lingkungan hidupnya, seperti tumbuhan air, tumbuhan darat, tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan dataran rendah, atau berdasarkan kegunaannya seperti tumbuhan sandang, obat-obatan, hias, dan sebagainya. Sejarah Perkembangan Sistem Klasifikasi Tumbuhan secara garis besar dan perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut.

1.    Periode Tertua . Sejarah Awalnya dimulai dari Periode tertua yang dimana terjadi pada masa Prasejarah hingga Abad ke-4 SM. Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak, termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan kapada pihak lain. Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir yang mendiami lembah Sungai Nil bagian hilir di Afrika, bangsa Inca di Asia Timur, bangsa Asiria di lembah Sungai Efrat dan Tigris di Timur Tengah, dan bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya mereka pun telah menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi yang didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai sistem buatan yang tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh-puluh abad yang lalu orang telah terjun dalam kegiatan-kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat disebut sebagai ilmu pangetahuan menurut ukuran sekarang

2.    Periode Sistem Habitus. Selanjutnya adalah Periode Sistem Habitus yang terjadi kira-kira pada abad ke-4 sebelum masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yaitu Plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Theophrastes sebagai bapak Ilmu Tumbuhan juga mengelompokkan tumbuhan menurut umur yaitu: tumbuhan berumah pendek (anual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang (perenial). Selain Theophrastes, adapula beberapa tokoh yang berperan besar dalam perkembangan taksonomi, antara lain :
·         Dioscroides, menyatakan pentingnya pemberian deskripsi pada setiap tumbuhan disamping pemberian namanya. 
·         Linius, membedakan pohon-pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat, rerumputan, dan sebagainya.
·         A . Magnus, berhasil membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil atas dasar sifat-sifat batangnya. 
·         J. Ray, telah membedakan tumbuhan berkayu, tumbuhan berbatang basah, dan membedakan antara tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji yang berbelah. 

3.    Periode Sistem Numerik. Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Tidak seperti pada periode sebelumnya dimana tumbuhan di klasifikasikan berdasarkan bentuk dan strukturnya, pada periode ini pengklasifikasian tumbuhan berdasarkan hubungan kekerabatan antara tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian, tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara tumbuhan atau Klasifikasi didasarkan pada jumlah dari suatu organ atau bagian tumbuhan.Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus Linneaus) pada tahun 1707 – 1228 M. Dia menciptakan klasifikasi tumbuhan berdasarkan sistem seksual yaitu berdasarkan kesamaan jumlah alat-alat kelamin, antara lain jumlah benang sari seperti Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria (berbenang sari dua) Triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus ini dikenal pula sebagai Sistem Numerik. Linnaeus juga dianggap sebagai pencipta sistem tata nama ganda dalam bukunya Species Plantarum walaupun sebenarnya sistem tata nama ganda tersebut sudah rintis oleh Casper Bauhin dalam bukunya Pinax Theatri Botanici. Tetapi karena mungkin Linnaeus-lah yang pertama seara konsisten menggunakan nama ganda itu untuk jenis tumbuhan dalam bukunya Species Plantarum tadi, nama Bauhin menjadi tersisihkan.

4.    Periode Sistem Alam. Selanjutnya adalah Periode Sistem Alam yang terjadi kurang lebih pada akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Menjelang berakhirnya abad ke-18 mulailah terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasian tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” dalam arti bahwa golongan-golongan yang terbentuk merupakan unit-unit yang wajar (natural) bila terdiri atas anggota-anggota itu, dan dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut apa yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu tepat, mengingat sistem yang manapun dengan menerapkan dasar apapun, tetap merupakan ciptaan orang, sehingga pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Beberapa tokoh yang berperan pada periode ini antara lain J.B. de Lamarck (1744-1829 M), orang yang menulis buku Flora Francoise yang ditulis berupa kunci untuk mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan di Perancis. Lamarck juga dianggap sebagai salah satu perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya yang dikenal dengan nama “Lamarckisme”, yang menyatakan bahwa perubahan lingkungan dapat mengubah struktur organisme.Lamarck berhasil membuat kunci untuk pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan dan merupakan perintis lahirnya teori evolusi. De Jussieu membagi tumbuhan berdasarkan ada tidaknya kotiledon atau biji berkeping yang dibagi menjadi 3 yaitu Acotyledoneae, Monocolyledoneae, dan Dicotyledoneae.
5.    Periode Sitem Filogenetik. Periode sistem filogenetik terjadi bekisar pertengahan abad ke-19 hingga sekarang. Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus juga menerminkan urutan-urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan dengan demikian juga menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekarabatan antara golongan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda-beda.Tokoh yang tekenal pada saat periode ini antara lain : 
·  August Wilhelm Eichler, mengklasifikasikan tumbuhan menjadi dua kelompok yaitu Cryptogamae dan P hanerogamae 
· Adolph Engler, membagi alam tumbuhan ke dalam sejumlah afdeling. Engler juga berpendapat bahwa Monocotyledonae lebih primitif daripata Dycotyledonae, dan bangsa anggrek jauh lebih maju daripada rumput. 

6.  Periode Sistem Klasifikasi Kontemporer. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 telah berpengaruh terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu social yang semula tak pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dengan penerapan pendekatan kuantitatif matematik. Sekarang ada kecenderungan untuk menganggap bahwa penerapan metode kuantitatif sajalah yang dapat menjamin hasil penelitian yang cermat dan dapat diperaya. Perkembangan teknologi, khususnya di bidang elektronika, yang dalam abad nuklear maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah menerapkan metode penelitian kuantitatif yang pengolahan datanya menggunakan komputer. Dari sinilah melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri. Pengolahan data secara elektronik juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam penelitian taksonomi. Taksonomi numerik (dalam arti bukan yang diteorikan oleh Linnaeus) didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang dikenal sebagai ”analisis kelompok” ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Peranan komputer adalah untuk mengerjakan perbandingan kuantitatif antara organisme mengenai sejumlah besar ciri-ciri secara simultan. Jadi komputer itu mengambil alih tugas kita dalam melakukan hitungan-hitungan dengan sangat cepat dan tanpa prasangka. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan obyek studi yang diamati dan dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen.
Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan) / Divisio, Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

Manfaat klasifikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah memudahkan manusia dalam hal pencaharian baik itu berupa benda-benda yang ada di rumah, di mall, di pasar, di perpustakaan dan lain-lain. Kemudian dengan adanya klasifikasi dapat mengefesiensikan waktu atau lebih cepat. Seandainya tidak ada klasifikasi mungkin kita sebagai manusia pasti mengalami kesusahan dalam hal pencarian karena semuanya berhamburan tidak tertata dengan apa yang seharusnya. Sebagian besar manusia sendiri sudah melakukan hal klasifikasi dimana saja. Dengan sendirinya juga manusia sudah bisa mengelompokkan yang mana hal yang harus dikelompokan.

Kesimpulan
Dengan demikian klasifikasi pada tumbuhan sudah dilakukan dari zaman dahulu dan hingga sekarang sehingga klasifikasi tumbuhan dapat dipelajari oleh manusia. Dan sejarah klasifikasi tumbuhan juga memiliki beberapa tahapan sehingga terbentuk klasifikasi seperti sekarang yang kita semua ketahui. Klasifikasi atau pengelompokan sudah diberlakukan dari zaman dahulu dan hingga saat ini dan tetap digunakan sebagai  diberlakukan sesuai dengan aturan-aturannya.

Saran
Semoga manusia lebih memanfaatkan klasifikasi ini dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memudahkan manusia dalam pencaharian dan dapat mengefesiensikan waktu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar