Sejarah
dan Perkembangan Klasifikasi Tumbuhan
Gede
Sai Sankara Pratika
Program D3 Perpustakaan FISIP
Universitas Udayana
Abstrak:
Tujuan dari pembuatan
paper ini adalah guna mengetahui Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Secara
Umum namun kali ini paper dibawah ini akan membahas tentang Sejarah dan
Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan.Paper ini akan memberikan informasi
mengenai Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan dari berbagai
sumber informasi yang diperoleh karena berhubungan dengan kurangnya wawasan
terhadap hal ini bagaimanakah Sejarah dan Perkembangannya dari zaman dahulu dan
sampai saat ini digunakan sebagai media pembelajaran.Dalam hal ini informasi
mengenai Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi pada Tumbuhan dapat diketahui
setelah membaca paper dibawah sehingga dapat berguna dan bermanfaat guna
menambah wawasan lebih dalam tentang ilmu kita dalam hal pegklasifikasian yang
bukan hanya sekedar mempelajari materi yang sudah ada dan tertera namun
alangkah baiknya harus mengetahui bagaimanakah Sejarah dan Perkembangan
Klasifikasi pada Tumbuhan dari zaman ke zaman.
Kata kunci : Sejarah, Perkembangan,
Klasifikasi, Tumbuhan
Latar Belakang
Alam semesta atau di dalam hidup ini terdiri dari dua
komponen. Dua komponen ini ialah komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
dapat dikatakan dikatakan sebagai komponen seperti makhluk hidup. Makhluk hidup
di dunia ini jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Komponen
makhluk hidup meliputi dimulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan terdapat
makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya
banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali
dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup maka kita perlu cara. Cara untuk mempermudah kita
dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi
(penggolongan / pengelompokan). Kita ketahui bahwa istilah klasifikasi sudah
ada dari zaman dahulu dan sampai saat ini istilah klasifikasi tetap digunakan
dalam kehidupan kita. Klasifikasi di dalam kehidupan ini tentu juga sangat luas
mulai dari klasifikasi pada manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan saat ini
klasifikasi juga ada dalam dunia perpustakaan. Maka dari itu dalam hal ini saya
akan membahas secara lebih mengkhusus pada klasifikasi Tumbuhan. Pembahasan
pertama akan diawali dengan Sejarah Klasifikasi pada tumbuhan itu sendiri kemudian
dilanjutkan dengan perkembangan klasifikasi dari zaman dahulu hingga zaman
sekarang dan juga manfaat klasifikasi dalam kehidupan kita.
Pembahasan
Kita ketahui
bahwa Klasifikasi bertujuan
untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara mencari
persamaan dan perbedaan ciri serta sifat pada objek tersebut. Klasifikasi
berguna untuk menunjukan hubungan kekerabatan diantara makhluk hidup.
Keuntungan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari
keterangan tentang makhluk hidup yang akan kita pelajari. Selain itu
klasifikasi juga memudahkan dalam memberi nama ilmiah kepada individu atau
populasi individu.Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi
tumbuhan tentu saja memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda pula, yang
dari masa ke masa menyebabkan lahirnya Sistem Klasifikasi yang berlainan. Namun
pada prinsipnya, kesamaan-kesamaan atau keseragaman itulah yang dijadikan dasar
dalam mengadakan klasifikasi, misalnya klasifikasi berdasarkan lingkungan
hidupnya, seperti tumbuhan air, tumbuhan darat, tumbuhan dataran tinggi,
tumbuhan dataran rendah, atau berdasarkan kegunaannya seperti tumbuhan sandang,
obat-obatan, hias, dan sebagainya. Sejarah Perkembangan Sistem Klasifikasi
Tumbuhan secara garis besar dan perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke
masa adalah sebagai berikut.
1. Periode
Tertua . Sejarah
Awalnya dimulai dari Periode tertua yang dimana terjadi pada masa Prasejarah
hingga Abad ke-4 SM. Sejak awal kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan
yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak dahulu telah melakukan
kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi, seperti mengenali dan
memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang mana yang tidak,
termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat dikomunikasikan
kapada pihak lain. Dalam zaman prasejarah orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan
penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita kenal sampai saat ini.
Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu
tahun yang telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa Mesir yang mendiami
lembah Sungai Nil bagian hilir di Afrika, bangsa Inca di Asia Timur, bangsa
Asiria di lembah Sungai Efrat dan Tigris di Timur Tengah, dan bangsa-bangsa Indian
di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah
dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan pangan, sandang,
dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya mereka pun telah menerapkan suatu
sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi yang didasarkan atas
manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai sistem buatan yang
tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh-puluh abad yang lalu orang telah terjun
dalam kegiatan-kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah
mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum ditata, belum menunjukan
hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat disebut sebagai ilmu
pangetahuan menurut ukuran sekarang
2. Periode
Sistem Habitus. Selanjutnya
adalah Periode Sistem Habitus yang terjadi kira-kira pada abad ke-4 sebelum masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles
sendiri adalah murid filsuf Yunani yaitu Plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan
bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum
herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih
10 abad. Pengklasifikaan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)
yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,
tumbuhan memanjat, dan terna. Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai
bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah
memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Theophrastes sebagai bapak Ilmu
Tumbuhan juga mengelompokkan tumbuhan menurut umur yaitu: tumbuhan berumah
pendek (anual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur
panjang (perenial). Selain
Theophrastes, adapula beberapa tokoh yang berperan besar dalam perkembangan
taksonomi, antara lain :
·
Dioscroides, menyatakan pentingnya pemberian deskripsi pada
setiap tumbuhan disamping pemberian namanya.
·
Linius, membedakan pohon-pohonan, bangsa gandum, sayuran,
tanaman obat, rerumputan, dan sebagainya.
·
A .
Magnus, berhasil membedakan tumbuhan
monokotil dan dikotil atas dasar sifat-sifat batangnya.
·
J. Ray, telah membedakan tumbuhan berkayu, tumbuhan
berbatang basah, dan membedakan antara tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji yang
berbelah.
3. Periode Sistem Numerik. Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang
ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai
sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Tidak seperti pada periode
sebelumnya dimana tumbuhan di klasifikasikan berdasarkan bentuk dan
strukturnya, pada periode ini pengklasifikasian tumbuhan berdasarkan hubungan
kekerabatan antara tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur
tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian, tetapi pengambilan kesimpulan
mengenai kekerabatan antara tumbuhan atau Klasifikasi didasarkan pada jumlah
dari suatu organ atau bagian tumbuhan.Dalam periode ini tokoh yang paling
menonjol adalah Karl Linne (Carolus Linneaus) pada tahun 1707 – 1228 M. Dia
menciptakan klasifikasi tumbuhan berdasarkan sistem seksual yaitu berdasarkan
kesamaan jumlah alat-alat kelamin, antara lain jumlah benang sari seperti
Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria (berbenang sari dua) Triandria
(berbenang sari tiga) dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi
tumbuhan ciptaan Linnaeus ini dikenal pula sebagai Sistem Numerik. Linnaeus
juga dianggap sebagai pencipta sistem tata nama ganda dalam bukunya Species
Plantarum walaupun sebenarnya sistem tata nama ganda tersebut sudah rintis oleh
Casper Bauhin dalam bukunya Pinax Theatri Botanici. Tetapi karena mungkin
Linnaeus-lah yang pertama seara konsisten menggunakan nama ganda itu untuk
jenis tumbuhan dalam bukunya Species Plantarum tadi, nama Bauhin menjadi tersisihkan.
4. Periode Sistem Alam. Selanjutnya adalah Periode Sistem Alam
yang terjadi kurang lebih pada akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Menjelang
berakhirnya abad ke-18 mulailah terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner
dalam pengklasifikasian tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut
“sistem alam” dalam arti bahwa golongan-golongan yang terbentuk merupakan
unit-unit yang wajar (natural) bila terdiri atas anggota-anggota itu, dan
dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut apa
yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran
baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu tepat, mengingat sistem yang
manapun dengan menerapkan dasar apapun, tetap merupakan ciptaan orang, sehingga
pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Beberapa tokoh
yang berperan pada periode ini antara lain J.B. de Lamarck (1744-1829 M), orang
yang menulis buku Flora Francoise yang ditulis berupa kunci untuk
mengidentifikasi tumbuh-tumbuhan di Perancis. Lamarck juga dianggap sebagai
salah satu perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya yang dikenal dengan nama
“Lamarckisme”, yang menyatakan bahwa perubahan lingkungan dapat mengubah
struktur organisme.Lamarck berhasil membuat kunci untuk pengidentifikasian
tumbuh-tumbuhan dan merupakan perintis lahirnya teori evolusi. De Jussieu
membagi tumbuhan berdasarkan ada tidaknya kotiledon atau biji berkeping yang
dibagi menjadi 3 yaitu Acotyledoneae, Monocolyledoneae, dan Dicotyledoneae.
5. Periode Sitem Filogenetik. Periode sistem
filogenetik terjadi bekisar pertengahan abad ke-19 hingga sekarang. Sistem
klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan
yang sekaligus juga menerminkan urutan-urutan golongan itu dalam sejarah
perkembangan filogenetiknya dan dengan demikian juga menunjukkan jauh dekatnya
hubungan kekarabatan antara golongan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam
klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah
nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi
yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi
mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda-beda.Tokoh yang tekenal pada
saat periode ini antara lain :
· August
Wilhelm Eichler, mengklasifikasikan
tumbuhan menjadi dua kelompok yaitu Cryptogamae dan P hanerogamae
· Adolph
Engler, membagi alam tumbuhan ke dalam sejumlah
afdeling. Engler juga berpendapat bahwa Monocotyledonae lebih primitif daripata
Dycotyledonae, dan bangsa anggrek jauh lebih maju daripada rumput.
6. Periode Sistem Klasifikasi Kontemporer. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat dalam abad ke-20 telah berpengaruh
terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk
mengkuantitatifkan data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan
data yang diperoleh telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu social yang semula
tak pernah atau belum memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dengan penerapan pendekatan
kuantitatif matematik. Sekarang ada kecenderungan untuk menganggap bahwa
penerapan metode kuantitatif sajalah yang dapat menjamin hasil penelitian yang
cermat dan dapat diperaya. Perkembangan teknologi, khususnya di bidang
elektronika, yang dalam abad nuklear maju dengan pesat ini, telah pula menjamah
bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga
sudah menerapkan metode penelitian kuantitatif yang pengolahan datanya
menggunakan komputer. Dari sinilah melahirkan bidang baru dalam taksonomi
tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur
dalam penelitian taksonomi. Taksonomi numerik (dalam arti bukan yang diteorikan
oleh Linnaeus) didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai
kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan
golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang dikenal sebagai ”analisis
kelompok” ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar
kesamaan-kesamaan tadi. Peranan komputer adalah untuk mengerjakan perbandingan
kuantitatif antara organisme mengenai sejumlah besar ciri-ciri secara simultan.
Jadi komputer itu mengambil alih tugas kita dalam melakukan hitungan-hitungan
dengan sangat cepat dan tanpa prasangka. Taksonomi numerik didasarkan atas
bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan obyek
studi yang diamati dan dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan
perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat
empirik operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui
observasi dan eksperimen.
Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak
mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi
makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup
menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari
tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah),
Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan) / Divisio, Classis (Kelas), Ordo
(Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Manfaat klasifikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah memudahkan manusia
dalam hal pencaharian baik itu berupa benda-benda yang ada di rumah, di mall,
di pasar, di perpustakaan dan lain-lain. Kemudian
dengan adanya klasifikasi dapat mengefesiensikan waktu atau lebih cepat. Seandainya tidak ada klasifikasi mungkin
kita sebagai manusia pasti mengalami kesusahan dalam hal pencarian karena
semuanya berhamburan tidak tertata dengan apa yang seharusnya. Sebagian
besar manusia sendiri sudah melakukan hal klasifikasi dimana saja. Dengan
sendirinya juga manusia sudah bisa mengelompokkan yang mana hal yang harus
dikelompokan.
Kesimpulan
Dengan demikian klasifikasi pada tumbuhan
sudah dilakukan dari zaman dahulu dan hingga sekarang sehingga klasifikasi
tumbuhan dapat dipelajari oleh manusia. Dan sejarah klasifikasi tumbuhan juga
memiliki beberapa tahapan sehingga terbentuk klasifikasi seperti sekarang yang
kita semua ketahui. Klasifikasi atau pengelompokan sudah diberlakukan dari
zaman dahulu dan hingga saat ini dan tetap digunakan sebagai diberlakukan
sesuai dengan aturan-aturannya.
Saran
Semoga manusia lebih memanfaatkan klasifikasi ini dengan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memudahkan manusia dalam pencaharian
dan dapat mengefesiensikan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar